Menghidupkan Kembali “Bandung Spirit” di Indonesia-Africa Forum 2024

Sep 02, 2024

|

Artikel Indonesia-Afrika ke-2

Foto: Presiden Joko Widodo memberikan sambutan dalam Welcoming Dinner High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships and Indonesia-Africa Forum II di Jimbaran, Bali, Minggu (1/9/2024). Perjamuan santap malam tersebut dihadiri sejumlah kepala negara dan delegasi sebagai rangkaian High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships and Indonesia-Africa Forum II di Bali pada 1-3 September 2024. Media Center IAF II-HLF MSP/Sigid Kurniawan/YU

Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 yang dikomandoi Presiden Soekarno, menjadi sebuah tonggak penting bagi kebangkitan negara-negara di Asia dan Afrika, khususnya negara-negara yang baru merdeka. Para pemimpin negara dan tokoh-tokoh besar dari negara-negara Asia dan Afrika, berkumpul menyatukan satu tekad dan komitmen bersama di Kota Bandung.

Selain Indonesia, tercatat juga India, Pakistan, Myanmar, dan Srilangka yang turut memprakarsai KAA tahun 1955, sekaligus sebagai panitia penyelenggara. Sementara itu, negara-negara pesertanya, antara lain: Afghanistan, Kamboja, Republik Rakyat Cina, Mesir, Ethiopia, Ghana, Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Libanon, Liberia, Libya, Nepal, Filipina, Arab Saudi, Sudan, Syria, Muang Thai, Turki, Vietnam Utara, dan Vietnam Selatan.

Negara-negara yang terlibat pada helatan tersebut memiliki beberapa kesamaan. Yakni sama-sama sebagai negara yang baru terlepas dari kolonial dan belum lama merdeka, juga persamaan dari aspek keberagaman sosial-budaya, serta sebagai negara yang masih berkembang.

Persamaan tersebut turut memunculkan satu spirit bersama untuk membangun solidaritas dan memajukan agenda humanisme universal di tengah situasi global saat itu. Pasalnya, terdapat gejala polarisasi politik yang tajam antara Blok Barat dan Blok Timur pasca-Perang Dunia II.

Setelah hampir 69 tahun kemudian, Indonesia kembali menjadi inisiator untuk mempersatukan para pemimpin negara-negara Afrika, dan kembali berkumpul di Indonesia untuk memperteguh dan memperkuat komitmen para pendahulunya di KAA 1955 untuk memperkuat kerja sama di berbagai sektor.

Menghidupkan Kembali “Bandung Spirit” di Indonesia Africa Forum 

Indonesia-Africa Forum (IAF) untuk kali kedua diselenggarakan pada 1-3 September 2024 di Bali, Indonesia. IAF ke-2, mengambil tema "Bandung Spirit for Africa's Agenda 2063", Indonesia ingin menjadikan spirit Konferensi Asia Afrika 1955 menjadi fondasi untuk melanjutkan pembangunan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara Afrika di masa mendatang.

Beberapa kerja sama yang akan diprioritaskan dalam forum tersebut, antara lain kerja sama dalam transformasi ekonomi, energi, pertambangan, ketahanan pangan, kesehatan, dan pembangunan.

Hasil konkret yang diharapkan dapat dicapai antara lain perjanjian antara pemerintah atau G-to-G (Government to Government), kesepakatan bisnis G-to-B (Government to Business) maupun B-to-B (Business to Business), dan Grand Design pembangunan Indonesia dengan Afrika, termasuk dengan negara-negara ketiga melalui triangular cooperation, dengan target kesepakatan bisnis hingga US$3,5 miliar (sekitar Rp54,69 triliun).

Dalam pidato pembukaan IAF ke-2 di Bali, Presiden Joko Widodo menekankan komitmen, bahwa Indonesia menjadi bagian dari solusi global, tidak berubah sejak penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Bandung, Indonesia tahun 1955 silam.

Karena itu, Indonesia akan terus menyalakan nilai-nilai Bandung Spirit, yakni melawan dominasi kolonialisme dan imperialisme, serta menuju pembentukan tatanan dunia baru yang lebih humanis, adil, dan damai.

Berpijak dari itu, sudah tepat jika momentum Konferensi Asia Afrika 1955 yang menghasilkan Bandung Spirit, dicatat sebagai Memory of the World oleh UNESCO.



Tag: